DERAJAT WANITA INDONESIA Oleh: Intan Kusuma Dewi

Ketika mendengar kalimat dejarat wanita, maka yang muncul dipikiran kita adalah kata emansipasi. Mengapa demikian? Apa itu kata emansipasi? Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat. Definisi emansipasi wanita secara harfiah adalah kesetaraan hak dan gender. Emansipasi wanita juga bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala bidang kehidupan. Emansipasi wanita bertujuan memberi wanita kesempatan bekerja, belajar, dan berkarya seperti halnya para pria, seimbang dengan kemampuannya. Pengertian sama di sini lebih dipersepsikan pada kata sejajar karena tidak bisa dipungkiri wanita dan laki-laki jelasberbeda.
Perbedaan itu bisa dilihat dari kondisi fisik, sisi emosional yang menonjol, sifat-sifat bawaan. Secara fisiologis, misalnya wanita mengalami haid hingga berkonsekuensi berbeda pada hukum-hukum yang dibebankan atasnya. Sementara dari kejiwaan, pria umumnya lebih mengedepankan akalnya sehingga lebih bijak, sementara wanita cenderung mengedepankan emosinya. Namun dengan emosi yang menonjol itu, wanita patut menjadi ibu yang mana punya ikatan yang kuat dengan anak.Jadi pengertian emansipasi wanita adalah memperjuangkan agar wanita bisa memilih dan menentukan nasib sendiri dan mampu membuat keputusan sendiri. Untuk tahap selanjutnya pembekalan agar wanita mampu untuk menentukan nasib dan membuat keputusan ini sering disebut dengan pemberdayaan wanita.
Dengan adanya pemberdayaan wanita ini diharapkan wanita bebas menentukan dan melakukan apa yang diinginkannya. Kebebasan di sini maksudnya kebebasan yang berkualitas, bukan kebebasan seratus persen, karena bagaimanapun tetap saja ada perbedaan yang prinsifil antara wanita dan laki-laki (seperti yang sudah disebutkan di atas), ada pekerjaan yang tidak bisa kerjakan wanita hanya pria yang bisa, sesuai dengan kodrat masing-masing begitu juga sebaliknya wanita itu mempunyai kehebatan-kehebatan yang tidak dimiliki laki-laki.
Pada tanggal 21 April 1879 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi perempuan Indonesia, karena hari itu telah lahir tokoh perempuan far exellance Nasional, yaitu Raden Ajeng (RA) Kartini. Namanya telah melegenda dan menjadi simbol bagi perjuangan kaum perempuan hingga saat ini, bahkan sejarah telah mencatat kiprah dan perjuangannya yang sangat fundamental, khususnya semangat keingin tahuannya tentang Islam.Saat itu, budaya patriarki atau budaya yang menganggap bahwa kaum pria lebih superior dibanding kaum perempuan telah mengakar di masyarakat. Di era Kartini akhir abad 19 sampai awal 20, perempuan di negeri ini dipingin dan belum memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria, bahkan perempuan belum diizinkan menentukan jodoh atau suami sendiri. Situasi itulah yang membuat Kartini gigih berjuang dan melakukan sesuatu demi perbaikan nasib kaum perempuan kedepan.
Untuk merealisasikan cita-citanya, Kartini mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya Jepara. Disekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak dan sebagainya. Semua itu diajarkan tampa dipungut biaya.Bahkan ia berencana mengikuti Sekolah Guru di Negeri Belanda dengan maksud agar bisa menjadi pendidikn yang baik. Beasiswa itupun berhasil diperolehnya, namun keinginan tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orang tuanya. Namun itu tidak menyurutkan semangatnya dan tetap terus melakukan upaya-upaya dalam rangka memperbaiki nasib kaum perempuan.
Memang, pada zaman yang sama sebenarnya banyak juga pejuang-pejuang perempuan lainnya yang juga memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan, namun barangkali kurang terpublikasi. Seperti Dewi Sartika di Bandung pada tahun 1884-1947, ia tidak hanya memberikan wacana tentang pendidikan tapi telah berhasil mendirikan sekolah yang diberi nama Sekolah Kautamaan Isteri (1910). Rohana Kudus di Padang pada tahun 1884-1972, ia terkenal sebagi jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan ia berhasil mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916). 
Selain itu, di Aceh juga banyak perempuan-perempuan hebat yang turut berjuang mempertahankan Aceh dari serangan Belanda, seperti Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Pecut Baren, Cupto Fatimah dan ratusan perempuan pejuang yang barangkali tidak terexpose kepermukaan. Namun demikian, tak dapat dipungkiri peran Kartini bagi perempuan masa kini sangatlah besar, walaupun ide-ide nya memajukan kaum perempuan belum sempat ia implementasikan secara total karena kesempatan dan waktu yang begitu sempit, setelah akhirnya wafat diusia yang sangat muda, 25 tahun. Tentu diusia yang begitu dini, segudang cita-cita Kartini belum terwujud, tapi karyanya "Habis Gelap Terbitlah Terang" mampu menjadi penerang bagi perempuan setelahnya untuk mempertahankan dan memajukan kesetaraan gender atau emansipasi yang telah diperjuangkannya.
Kartini merupakan potret perempuan yang “haus”akan keseimbangan peran sosial-budaya dan agama. Hal tersebut terbukti dalam salah satu lembaran suratnya yang meminta pemerintah Hindia Belanda memperhatikan nasib pribumi dengan menyelenggarakan pendidikan, terutama pendidikan bagi kaum perempuan. Hal ini karena kaum Perempuan adalah orang pertama yang membentuk budi pekerti anak. Berulang-ulang kali Kartini menyebutkan, perempuan adalah istri dan pendidik anak-anak yang pertama.
Jika kita baca lebih lanjut kumpulan surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, akan tampak bahwa Kartini adalah sosok yang berani menentang adat istiadat yang kuat di lingkungannya. Dia menganggap setiap manusia sederajat sehingga tidak seharusnya adat-istiadat membedakan berdasarkan asal-usul keturunannya. Memang, pada awalnya Kartini begitu mengagungkan kehidupan liberal di eropa yang tidak dibatasi tradisi sebagaimana di Jawa. Namun setelah sedikit mengenal Islam, ia justru mengkritik peradaban masyarakat Eropa dan menyebutnya sebagai kehidupan yang tidak layak disebut sebagai peradaban.Ia memperjuangkan pendidikan dan pengajaran agar perempuan dapat lebih cakap dalam menjalankan kewajibannya, bukan untuk menjadikan perempuan saingan bagi kaum pria. Tidak ada keinginan Kartini untuk mengejar persamaan hak dengan laki- laki dengan meninggalkan peranan perempuan dalam rumah tangga. Bahkan saat ia menikah dengan seorang duda yang memiliki banyak anak, Kartini sangat menikmati perannya sebagai Isteri dan ibu bagi anak-anak suaminya.
Kartini adalah sosok yang mengajak setiap perempuan memegang teguh ajaran agamanya, dan meninggalkan ide-ide kebebasan yang menjauhkan perempuan dari fitrahnya. Jadi jelas disini, Kartini tidak pernah mendorong perempuan meraih kebebasan dengan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai perempuan.
Saat ini nama Kartini telah melegenda dan menjadi simbol bagi perjuangan perempuan, khususnya dalam memperjuangkan kesetaraan gender yang berkeadilan. Sehingga wajarlah kalau aktivis perempuan menobatkan RA Kartini sebagai pejuang emansiapasi. Dia digambarkan sebagai sosok yang bersemangat memperjuangkan kaum perempuan agar mempunyai hak yang sama dan sejajar dengan kaum pria. Ia telah mendorong perempuan Indonesia untuk menempati posisi-posisi yang biasanya didominasi oleh pria. Bak dayung bersambut kaum Perempuan Indonesia pun bergegas mencari peluang karir setinggi-tingginya. 
Namun dibalik itu semua, kesetaraan gender tidak hanya melahirkan dampak positif bagi kaum perempuan, tapi juga telah melahirkan dampak negatif. Karena, masih banyak pihak yang tidak sepenuhnya ikhlas memberikan ruang kebebasan yang sama bagi perempuan untuk maju bersaing secara sehat, kesetaraan gender yang dieksploitasi demi materi, kesetaraan gender yang mengabaikan kodrat serta Kesetaraan Gender/ Emansipasi yang Kebablasan oleh kaum perempuan itu sendiri. Benarkah ini sudah sejalan dengan perjuangan Kartini? 21 April tahun 2016 kembali kita memperingati hari Kartini, hari emansipasi, atau hari kesetaraan gender setelah Kartini memperjuangkan kesempatan yang sama bagi kaum perempuan dalam berbagai bidang. Emansipasi menurut Wikipedia Indonesia adalah sejumlah usaha untuk mendapatkan persamaan derajat dan hak politik yang dilakukan oleh mereka yang merasa dibedakan dari yang lain.
Emansipasi di Indonesia dilihat dari sejarah muncul dari buah pemikiran seorang perempuan bernama Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal sebagai RA Kartini. Beliaulah yang mencetuskan gerakan ini di Indonesia lalu menyebarkannya ke pelosok Indonesia untuk mendapatkan satu tujuan, agar perempuan Indonesia tidak menjadi yangterbelakang. Hasilnya, gerakan ini memang sangat baik dan bisa dibilang RA Kartini berhasil memajukan kaum perempuan saat itu.
Kemudian, beberapa dekade setelah era emas RA Kartini, lahirlah perempuan-perempuan yang menyebut dirinya sebagai perempuan yang sangat terinspirasi pada RA Kartini, yang menginginkan persamaan hak dengan kaum lelaki. Atas nama emansipasi, mereka melancarkan segala cara agar perempuan benar- benar bisa sederajat dengan pria.
Mengembalikan Hakekat Kesetaraan Gender Yang Kebablasan
Spirit Kartini di era modern saat ini terus menjadi semangat kaum hawa untuk lebih berprestasi dan berkiprah di segala bidang. Bahkan para perempuan terus memaksa dan pada akhirnya, sekarang banyaklah bermunculan perempuan-perempuan emansipasi yang terkadang tidak tahu bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap. Banyak perempuan yang seakan lupa akan kewajiban mereka. Dan dari hari ke hari terus berusaha untuk mendapatkan haknya sebagai seorang perempuan seutuhnya.
Para kaum hawa tetap ingin dianggap wanita sekalipun pekerjaan wanita seperti memasak, mencuci ataupun mengurus anak tidak bisa mereka lakukan. Seakan-akan, gerakan emansipasi dewasa ini sudah melewati kadar yang normal atau bisa disebut emansipasi yang kebablasan, emansiapasi yang mengabaikan kodrat, dan emansipasi yang lahir dengan istilah-istilah baru lainnya.
Jika dilihat gambaran perempuan masa kini, maka kita akan menemukan perempuan disemua tempat, mulai dari perkantoran, pabrik, pusat-pusat kegiatan sosial, budaya, organisasi, halte, mal, bahkan di tempat karauke dan dugempun perempuan akan kita temukan dengan berbagai versi dan busana. Lebih sadisnya lagi, perempuan masa kini kerap digambarkan sebagai situkang gosip, hoby shoping, jalan-jalan dan sebagainya. Walau ada juga banyak perempuan yang layak disebut sebagi Kartini masa kini dengan prestasi yang diraih di masyarakat.
Seorang wanita merupakan sosok yang hebat, mengapa hebat? Karena seorang wanita bisa menjadi sosok seorang ibu ketika wanita menikah dan memiliki anak lalu mendidik dan membesarkan anaknya menjadi anak yang hebat pula. Selain itu, wanita juga bisa melakukan pekerjaan wanita sebagaimana mestinya dan sekaligus melakukan pekerjaan pria tanpa harus melepas kodratnya. Tidak menutup kenyataan bahwa wanita merupakan sosok mahluk yang hebat yang telah diciptakan sang pencipta dalam bentuk yang indah disertai dengan kelembutan hatinya.
Membahas mengenai masalah gender memang tidak akan pernah habis dikupas. Gender memang menjadi bahasan dalam perubahan sosial serta menjadi topik penting dalam setiap perbincangan pembangunan dewasa ini, bahkan merembet sampai ke ranah politik, sosial, ekonomi, budaya, agama bahkan sampai ke kepemimpinan. Masalah gender merebak seiring berjalannya arus globalisasi dan nampaknya reformasi memberi ruang gerak yang luas bagi setiap orang dalam menyampaikan pemikiran dan aspirasinya, termasuk kaum wanita.
Di zaman era globalisasi ini dengan adanya emansipasi wanita tentu sangat berpengaruh positif bagi kaum wanita, dimana kaum wanita disetarakan dengan kaum pria dalam bidang sosialnya. Tanpa harus merubah kodratnya, sehingga seorang wanita tidak hanya dibelenggu di dalam rumahnya dan menjadi penghuni dapur saja, namun seorang wanita dapat mengecam pendidikan yang tinggi dan mendapatkan hak-hak nya sebagai seorang wanita, meraih cita-cita yang tinggi yang mungkin bisa bersetara dengan jabatan tertinggi seorang pria bahkan bisa melebihi jabatan tertinggi seorang pria sekalipun.
Seorang wanita kini tidak lagi hanya terkurung didalam sebuah rumah melakukan pekerjaan-pekerjaan dapurnya saja, namun seorang wanita dapat mengecam sebuah pendidikan yang tinggi yang dapat merubah status sosialnya di dalam lingkungan masyarakat. Sekarang hanyalah soal bagaimana dan usaha apa saja yang mereka lakukan untuk mendapatkan hak-hak tersebut dengan serangkaian usaha dan kerja keras wanita akan dapat meraih sebuah cita-cita dan arah tujuan mereka tanpa adanya tembok penghalang yang memisahkan atas perbedaan kesetaraan gender ini. Sampai pada akhirnya seorang wanita dapat meraih cita-citanya setinggi apapapun yang mereka mau.
Kalimat emansipasi wanita dewasa ini sudah bukan lagi kalimat asing bagi kita. Dengan itu, kita antara pria maupun wanita harus saling menghargai dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama, bukan berarti diskriminasi karena dia itu pria atau wanita. Perkembangan kiprah wanita dalam pembangunan politik, sosial, budaya dan lain sebagainya tidak akan mengurangi peran-peran pendukung lainnya, selama ada kontrol sosial kebersamaan yang tinggi diantara keduanya.
Modernitas menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk exis dan berperan sebagai seorang Kartini masa kini. Himpitan terbesar jadi penyumbang terbesar terkurasnya perhatian seorang perempuan untuk bisa menampilkan jati diri sebagai seorang Kartini, selain gencarnya media menampilkan sosok perempuan idaman masa kini yang cendrung jauh dari nilai-nilai yang bisa memuliakan perempuan itu sendiri. Tayangan-tayangan infotaiment, sinetron-sinetron dan film-film lebih banyak didominasi oleh perempuan yang menonjolkan sosok yang sangat jauh dari sosok Kartini karena lebih mementingkan kecantikan, kemolekan tubuh dan materi belaka. Tidak menampakkan kecerdasan berfikir dan semangat maju demi bangsa dan keluarga.
Seharusnya Kartini masa kini adalah sosok perempuan yang walau memiliki ilmu dan kedudukan tinggi, tapi tidak melupakan fitrahnya sebagai perempuan yang harus tetap mengurus rumah tangga, bila ia bekerja ia akan berusaha memanej waktunya sebaik mungkin, sehingga tidak ada salah satu yang terabaikan, baik itu keluarga maupun karir, meski sulit untuk mencapai kesempurnaan.
Sejarah kartini telah disalahgunakan sesuai kepentingan pihak tertentu, bahkan kaum muslim telah dijauhkan dari Islam dengan dalil kebebasan, keadilan dan keseteraan gender. Untuk itu, kaum mislimah harus kembali pada Islam, menjalankan tugasnya sebagai ibu dan istri, sekaligus menyadarkan kakum muslimah yang lain agar tidak tertipu oleh ide gender yang sejatihnya merendahkan martabat kaum perempuan, mengancam dan membahayakan generasi perempuan, serta menjauhkan perempuan dari agamanya.Masyarakat hendaknya tidak latah dan "kebablasan" dalam memaknai arti kesetaraan gender, karena perempuan dan laki-laki mempunyai peran masing-masing. Peran perempuan di era globalisasi adalah pekerjaan yang dapat dilakukan bersama- sama antar perempuan dan laki-laki, namun ada pula pekerjaan khusus hanya dapat dilakukan oleh perempuan atau laki-laki saja.
Peran perempuan tidak berarti menghilangkan peranan laki- laki, namun perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam membangun masyarat, bangsa dan negara. Bahkan, perempuan hendaknya mampu memposisikan diri pada sektor-sektor tertentu yang kurang diperhatikan oleh pria, sehingga perennya sangat diharapkan dan dihargai oleh semua pihak. Seperti yang pernah dikatakan oleh pejuang perempuan dari Padang Rohana Kudus, “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki”. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus dirubah adalah mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur dan taat beribadah. Yang kesemuanya hanya dapat dipenuhi dengan ilmu pengetahuan".
Untuk itu, melalui Spirit Hari Kartini yang selalu diperingati pada tanggal 21 April oleh bangsa ini, sebaiknya bukan hanya sekedar penebar semangat menjadi Kartini Modern dan Wanita Super dalam segala bidang, tetapi hendaknya menjadi ajang introspeksi diri.Dengan semangat hari Kartini, Kartini Modern tidak harus melupakan kodrat kewanitaannya sebagai perempuan yang lahir dengan hak- hak dan kewajibannya, baik sebagai seorang perempuan, sebagai istri, maupun sebagai sorang ibu bagi anak- anak dan keluarganya.Sebenarnya, ada yang harus lebih bijak dicermati bila memandang wanita sebagaimana kodratnya.
Wanita dilahirkan untuk melayani suami dan keluarganya, meskipun hal ini juga tugas seorang suami. Namun kodrat utama kaum hawa hendaknya janganlah tertutupi oleh semangat meneruskan cita-cita Kartini secara berlebihan.Karena dibalik kekurangan, wanita punya kelebihan yang tidak dipunyai pria. Bahkan di jaman modern ini tidaklah heran sebagian wanita melonjak kariernya melebihi kaum pria atau suaminya sendiri. Hal inilah yang membanggakan kaum hawa yang sejak dulu telah diperjuangkan Kartini.
Kartini modern, tidak sekedar berprestasi dengan dasar emansipasi wanita. Tetapi harus tidak melupakan kodrat wanita untuk mengutamakan keluarga khususnya peduli dengan tumbuh dan berkembangnya anak. Jangan sampai euforia spirit Kartini menjadikan Kartini modern lebih mementingkan pekerjaannya dari pada memberi ASI pada bayi. Jangan sampai terjadi, semangat Kartini yang menggelora membuat anak jadi terlantar kesehatan dan pendidikannya, jangan sampai pembantu menjadi panutan bagi anak, dan jangan sampai demi ketenaran dan ingin dianggap perempuan modern melupakan budaya dan adat istiadat perempuan Indonesia yang ramah, sopan, dan welas asih.Kartini Modern harus tetaplah berprestasi dalam segala bidang dengan catatan harus memanage waktu dengan sebaik- baiknya antara kegiatan diluar rumah dan keluarga, membuat manajemen keluarga yang baik sehingga pola asah, asuh dan asih anak tetap berkualitas. Kartini modern meski punya derajat yang sangat tinggi, tetaplah sebagai kodrat wanita dengan terus melayani dan menghormati suami.


Tidak ada komentar:

| Copyright © 2013 tabloid cendekia utama